Gelar Tradisi Kawalu, Kampung Adat Baduy Larang Wisatawan Datang Selama 3 Bulan

Pelaksanaan tradisi Kawalu Baduy akan berlangsung selama 3 bulan dengan tujuan untuk menjalani ritual adat yakni penyucian diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Wawan Kurniawan
Jum'at, 03 Februari 2023 | 15:51 WIB
Gelar Tradisi Kawalu, Kampung Adat Baduy Larang Wisatawan Datang Selama 3 Bulan
Kampung Badui Luar, Banten. (SuaraSerang/Wawan Kurniawan)

Desa adat Baduy Dalam di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, tertutup bagi wisatawan yang datang selama digelarnya tradisi Kawalu atau bulan larangan.


Pelaksanaan tradisi Kawalu Baduy akan berlangsung selama 3 bulan dengan tujuan untuk menjalani ritual adat yakni penyucian diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.


Dengan begitu, selama masa penyucian diri, wisatawan dilarang memasuki pemukiman Baduy Dalam yang terdiri Kampung Cibeo, Cikawartana dan Cikeusik.  Karena masyarakat Baduy Dalam sedang menjalani ritual Kawalu dan perlu ketenangan.


Wisatawan hanya diperbolehkan mengunjungi Baduy luar atau pemukiman Baduy pendamping selama ritual berlangsung.

Baca Juga:Super Apes! Cerita Pria Jadi Korban Tiga Produk Asuransi: Indosurya, Wanaartha dan Kresna Life


Tetua Adat Baduy yang juga Kepala Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Jaro Saija meminta wisatawan untuk mematuhi larangan tersebut dan tidak memaksakan diri untuk memasuki wilayah pemukiman Baduy Dalam.


Penetapan Kawalu didasarkan atas petuah Tetua Adat Tangtu Tilu Jaro Tujuh Lembaga Adat Desa Kanekes dan masyarakat Baduy Dalam.


Pada hari ke-18 selama Ritual Kawalu yang didasarkan kesepakatan tangtu tilu (pemimpin adat) masyarakat adat Baduy Dalam, mereka akan melaksanakan puasa kemudian mengadakan upacara ritual adat Ngeriung untuk memohon keselamatan.


Setelah melakukan Kawalu, warga Baduy Dalam dan Baduy Luar akan turun gunung untuk menggelar Seba Baduy dengan mengunjungi Bupati Lebak dan Gubernur Banten untuk bersilaturahmi.


Saat berlangsungnya Seba Baduy, mereka akan melakukan bersilaturahmi bersama ‘Ibu Gede’, selaku Bupati Lebak dan “Bapak Gede', yakni Gubernur Banten dengan cara berjalan kaki ke Rangkasbitung dan Serang sejauh kurang lebih sekitar 160 kilometer pergi-pulang.

Baca Juga:Ajak Bulan Madu Bareng Tahun Depan, Kiky Saputri Keceplosan Sebut Calon Ayu Ting Ting?


Bagi ‘Urang Baduy Dalam’ kemana pun pergi harus berjalan kaki, karena dilarang menaiki atau menumpangi kendaraan roda dua, roda empat atau lebih, namun warga Baduy Luar diperbolehkan bepergian dengan kendaraan.


"Dengan pelaksanaan Kawalu itu, kami berharap masyarakat Baduy sejahtera, damai, dan sehat selalu,” kata Jaro Saija.


Masyarakat Baduy berpenduduk 16.000 jiwa yang tersebar di 68 perkampungan. Mereka menjadikan Kawalu sebagai upacara wajib bagi laki-laki, perempuan, tua dan muda setiap tahunnya.


Ritual Kawalu merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat Badui kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas anugerah hasil alam yang diberikan.


Diketahui bahwa mata pencaharian masyarakat Baduy hanya bergantung pada pendapatan ekonomi dan ketahanan pangan dari hasil ladang dengan menanam padi huma, pisang, jagung, jahe, kencur, endog-tiwu, cabai, dan sayuran-sayuran.

Berlangsung selama Ratusan Tahun

Pemukiman Baduy Luar [Antara]
Pemukiman Baduy Luar (sumber: Antara)

Ritual Kawalu telah dilakukan oleh Suku Baduy Dalam dan Luar selama ratusan tahun. Ritual ini merupakan upacara adat yang sakral. Jika masyarakat Baduy tidak melaksanakan tradisi Kawalu, diyakini akan menimbulkan bencana dan malapetaka. Oleh karena itu, semua Baduy harus mengikuti Kawalu.


Upacara sakral tersebut hanya dipusatkan di tiga kampung Tangtu atau Baduy Dalam dengan tiga Puun di setiap kampung, yaitu Cibeo, Cikeusik, dan Cikertawana.


Pelaksanaan upacara Kawalu bertempat di bale yang lokasinya tidak jauh dari tempat tinggal para puun/pemangku adat. Baduy Dalam dan Baduy Luar dapat berkumpul dan memenuhi bale tersebut.

Untuk melaksanakan upacara Kawalu ini, setiap kampung dipimpin oleh seorang Puun dan dibantu oleh Jaro Tujuh dan Baresan Palawari sebagai panitia penyelenggara.


"Sebelum kami lahir, upacara kawalu sudah ada," kata Jaro Saija.

Baduy Ditutup Untuk Wisatawan

Kampung Baduy, Lebak, Banten [Instagram]
Kampung Baduy, Lebak, Banten (sumber: Instagram)

Selama tradisi Kawalu berlangsung, perkampungan Cibeo, Cikawartana dan Cikeusik ditutup untuk wisatawan domestik dan mancanegara sebagaimana ditentukan oleh lembaga adat setempat. Penutupan dimulai 24 Januari hingga 24 April 2023.


Penutupan itu karena masyarakat Baduy di tiga desa tersebut fokus beribadah dan berdoa atau menyucikan diri agar tidak terganggu wisatawan.


Masyarakat Baduy selama ritual Kawalu meohon kepada Tuhan YME agar mereka dijauhkan dari bahaya dan mendatangkan keberkahan dan bisa menjalani kehidupan yang makmur, sejahtera dan diberikan kesehatan serta mendoakan agar bangsa dan negara aman, damai dan sejahtera.


Namun, masih ada pengecualian selama penutupan tersebut. Yakni bagi para pejabat daerah dan pejabat negara diperbolehkan memasuki wilayah Baduy Dalam namun dibatasi hanya untuk lima orang.

Puasa Kawalu

Warga Baduy Dalam yang selalu berjalan kaki kemanapun mereka pergi. Orang Baduy Dalam tidak diperbolehkan atau dilarang menaiki kendaraan. [Twitter]
Warga Baduy Dalam yang selalu berjalan kaki kemanapun mereka pergi. Orang Baduy Dalam tidak diperbolehkan atau dilarang menaiki kendaraan. (sumber: Twitter)

Jaro Tangtu 12 Saidi Yunior mengatakan, dirinya sebagai jaro tanggungan 12 atau sebagai peneguh iman. Pelaksanaan puasa kawalu dilakukan serentak oleh masyarakat Baduy pada tanggal 24 Januari 2023.


Orang Baduy yang sudah disunat harus berpuasa. Jika mereka tidak menjalankan Puasa Kawalu, itu menjadi beban bagi diri mereka sendiri.


Pelaksanaan puasa adalah bagian dari upacara Kawalu, jadi Baduy Dalam dan Baduy Luar harus berpuasa selama 3 bulan berturut-turut. Namun, untuk ibadah puasa hanya cukup dilakukan 1 hari saja dalam setiap bulannya. Oleh karena itu,  Jaro mengajak semua orang Baduy untuk menjalankan puasa Kawalu.


Hari pertama puasa dilakukan pada tanggal 17 bulan Kasa atau disebut Kawalu Tembey, artinya Kawalu pertama. Selanjutnya, pada bulan kedua dilaksanakan pada tanggal 18 bulan Karo atau disebut Kawalu Tengah, sedangkan pada bulan ketiga dilaksanakan pada tanggal 17 bulan Katilu atau disebut Kawalu Tutug.


Puasa yang dilakukan oleh masyarakat adat Baduy sama seperti berpuasa pada umumnya, yakni dengan tidak makan dan minum yang dimulai sejak pukul 17.00 WIB dan berakhir pada pukul 17.00 WIB keesokan harinya.

Gotong Royong

Masyarakat adat Baduy bergotong royong membangun Jembatan. [Instagram/ Safribadui]
Masyarakat adat Baduy bergotong royong membangun Jembatan. (sumber: Instagram/ Safribadui)

Sebelum melakukan ritual upacara Kawalu, masyarakat Badui terlebih dahulu melakukan gotong royong untuk membersihkan lingkungan. Kegiatan gotong royong meliputi penyucian selama 3 hari sebelum upacara Kawalu. Kebersihan harus dijaga di rumah dan tempat tinggal.


Tokoh Badui Dalam, Ayah Mursid, mengatakan bahwa ritual upacara Kawalu harus dilakukan 3 bulan dalam setahun dan menjadikan momentum itu untuk  berdoa kepada Tuhan Yang Mahakuasa memohon keberkahan dan keselamatan.


Selama Kawalu ini, warga Baduy Dalam juga dilarang melangsungkan perkawinan dan khitanan anak yang dapat menimbulkan keramaian.

Bahagia

Upacara Perayaan Seba Baduy [Twitter]
Upacara Perayaan Seba Baduy (sumber: Twitter)

Santa (55), warga Baduy Luar, mengatakan akan fokus mensucikan diri dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar ladang pertanian menghasilkan panen yang melimpah untuk meningkatkan peningkatan kesejahteraan warga.


Selama ini, Orang Baduy belum menemukan kerawanan pangan atau kelaparan karena mereka memiliki kecukupan pangan untuk makanan dari bercocok tanam di ladang.


Santa mengaku menanam padi huma, palawija dan sayur-sayuran yang tumbuh subur di lahan seluas satu hektar milik Perum Perhutani Cicuraheum Gunungkencana.


Kemungkin mulai masuk musim panen padi huma dilakukan pada awal Maret 2023, karena padi huma sudah bisa dipanen setelah 6 bulan masa tanam.


Setelah menjalani 3 bulan Kawalu , masyarakat Baduy akan merayakan acara yang disebut Seba.


Mereka membawa hasil bumi atau hasil pertanian seperti beras, beras ketan, pisang, gula aren, pinang, sirih, sayuran dan berbagai hasil pertanian lainnya.


Saat acara Seba, seluruh hasil bumi itu kemudian akan diserahkan kepada Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya dan Pejabat Gubernur Banten.


“Kami bersyukur masyarakat Baduy selama ini selalu damai, aman dan tidak kelaparan,” ujar Santa.

REKOMENDASI

BERITA TERKAIT

Lifestyle

Terkini

Tampilkan lebih banyak