Sejak sore hari, warga Cina Benteng sudah ramai mendatangi Vihara Boen Tek Bio yang berada di kawasan pasar lama Kota Tangerang, Banten, Sabtu (21/1/2023). Klenteng yang telah berusia ratusan tahun itu dianggap sebagai cikal bakal akar sejarah masyarakat keturunan Tionghoa yang mendiami sebagian besar kawasan pasar lama Tangerang.
Dalam catatan Kompas.com menyebut, Orang-orang Tionghoa sudah datang ke Tangerang diperkiraan sejak tahun 1407 atau sekitar akhir abad ke-17 hingga awal abad ke-18. Kedatangan mereka itu dengan maksud untuk berdagang.
Seiring berjalannya waktu, mereka akhirnya memilih untuk menetap dan menikahi orang pribumi hingga beranak pinak.
Klenteng Boen Tek Bio pertama kali dibangun pada tahun 1684. Bangunannya dulu sederhana dengan dinding terbuat dari bambu, sedangkan atapnya berbahan rumbia.
Baca Juga:Maju Calon Ketum PSSI Lagi, Ini Target Utama LaNyalla Mattalitti
Penamaan Boen Tek Bio sendiri memiliki arti tersendiri. ‘Boen’ yang artinya Intelektual, ‘Tek’ memiliki arti Kebajikan, sedangkan ‘Bio’ mengandung makna tempat ibadah.
Jika disatukan secara harfiah, Boen Tek Bio memilik arti sebagai tempat ibadah yang membentuk orang-orang yang berintelektual dengan penuh kebajikan.
Sejak pertama kali dibangun, Klenteng ini baru mengalami pemugaran sebanyak satu kali. Yakni pada tahun 1844, dengan memakan waktu pemugaran selama 12 tahun, tepatnya selesai pada tahun 1856.
Dari semenjak itu, bangunan Vihara tua itu dipastikan hampir sama bentuknya dengan yang ada saat ini. Pengurus Klenteng memastikan jika bangunan itu tetap terjaga agar tetap kokoh dan terawat dengan baik.
Malam semakin larut, namun orang-orang Cina Benteng ini makin ramai yang datang untuk bersembahyang. Lampion-lampion tergantung disetiap sudut hingga atap bangunan Vihara yang didominasi dengan warna merah. Kehidmatan ibadah para jemaat semakin tenang karena aparat gabungan dari TNI, Polri dan Satpol-PP berjaga disetiap sudut ruang pemujaan.
Baca Juga:Trauma Jadi Teroris, Mike Lucock Hampir Tak Main di Film Adagium
Meski pemerintah telah mencabut aturan PPKM, namun pihak pengelola Vihara tetap menerapkan standar protokol kesehatan. Hal itu terlihat sejak dari pintu gerbang masuk dengan disediakannya alat pengatur suhu badan, dan penerapan penggunaan masker.
Hampir dipastikan jika jemaat yang merayakan Imlek tahun 2023 ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tiga tahun terakhir. Karena sejak Pandemi Covid-19 melanda di tahun 2019, pemerintah secara menyeluruh menerapkan peraturan terkait pembatasan bagi setiap umat beragama untuk beribadah seperti berkumpul atau berkerumun.
Pada zaman Orde Baru, Klenteng Boen Tek Bio pernah berganti nama menjadi Vihara Padumuttara. Lokasi tepatnya berada di gang sempit dengan nama jalan Ki Samaun. Cukup berjalan kaki sejarak 100 meter dari kawasan kuliner pasar lama kota Tangerang.
Dikenal sebagai klenteng orang-orang Cina Benteng bukan tanpa alasan. Pada Abad ke-18, pada pedagang Tionghoa menyebut kata Tangerang dengan sebutan ‘Boen-Teng’. Hingga kemudian, warga lokal menyebut orang-orang keturunan etnis China itu dengan sebutan Cina Boen Teng, yang lama-kelamaan terbiasa dengan penyebutan istilah Cina Benteng.
Dalam catatan buku sejarah berjudul ‘Sunda Tina Layang Parahyang’ (Catatan dari tanah Parahyangan), menceritakan jika dulu di tahun 1407, rombongan Tjen Tjie Lung (Halung) yang membawa sebanyak tujuh kepala keluarga dan sembilan orang gadis, terdampar di kawasan yang kini disebut Teluk Naga.
Tujuan awal mereka adalah Jayakarta. Saat terdampar itu, mereka meminta pertolongan kepada Sanghyang Anggalarang, yakni penguasa daerah dibawah Sanghyang Banyak Citra dari Parahyangan.
Lalu para pengabdi penguasa itu jatuh cinta pada gadis-gadis yang ikut terdampar dalam rombongan. Kesembilan gadis itu pun akhirnya mereka kawini. Rombongan yang terdampar itu pun mendapat sebidang tanah di daerah kampung Teluk Naga.
Kibasan asap dari hio-hio yang terbakar di Klenteng Boen Tek Bio itu perlahan mengalun ke udara. Malam pun semakin larut. Seperti larutnya doa-doa umat yang dipanjatkan kepada para dewa yang dipuja.
Konon menurut cerita orang dulu, kepulan asap yang membumbung tinggi dari hio-hio itu dapat memberi petunjuk tentang doa yang diterima secara langsung atau tidaknya dari para pendoa yang membakarnya.
Sebagai informasi, sejak tahun 2011, Klenteng Boen Tek Bio ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya oleh Walikota Tangerang. Penobatan itu diberikan karena Vihara itu merupakan Klenteng tertua yang pernah didirikan di Tangerang.