Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan operasi tangkap tangan (OTT) yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hanya mencoreng nama baik Indonesia. Selain itu, menurut Luhut, jika ingin hidup yang bersih-bersih, lebih baik di surga saja.
Luhut menjelaskan bahwa kunci untuk tidak melakukan korupsi adalah bekerja dari hati. Tapi dia juga tidak memungkiri bahwa akan ada bagian yang 'nakal' dalam setiap kehidupan manusia.
“Ya, kalau hidup-hidup sedikit bolehlah, kita mau bersih-bersih amat di surga sajalah kau. Jadi KPK jangan pula sedikt-sedikit tangkap itu enggak bagus juga, liat-liat lah," kata Luhut saat memberikan sambutan pada acara peluncuran strategi nasional (Stranas) PK 2023-2024 di kawasan Thamrin, Jakarta, Selasa. (20/12/2020).
Bagi Luhut, daripada melakukan OTT, upaya digitalisasi dan efisiensi merupakan salah satu cara untuk mencegah berkembangnya praktik korupsi. Misalnya jika digitalisasi sudah berjalan, menurut Luhut maka sudah tidak ada lagi yang bisa main-main.
Dia mencontohkan program digitalisasi pelabuhan. Luhut juga menjelaskan soal e-Katalog yang merupakan contoh dari digitalisasi. Kata Luhut, di dalamnya bisa dimasukan perputaran uang senilai Rp 1.600 triliun.
"Yaitu, Rp 1.200 triliun dari belanja pemerintah dan Rp 400 triliun belanja dari BUMN. Itu setara dengan 105 miliar dollar (Amerika Serikat)," ungkap Luhut.
Dengan E-Katalog, KPK tidak perlu susah-susah lagi mengawasi dugaan tindak pidana korupsi. Jadi menurut Luhut, KPK hanya perlu mengawasi segala aktivitas perputaran uang di dalamnya.
"Jadi kita tidak usah nyati mana, macam korupsi, yaitu salah satu tempat korupsi. Jadi sarangnya targetin. Jadi kalau ini kita bereskan, keluar itu pasti akan makin baik," ujarnya.
Baca Juga:Brigadir J Berubah Usai Jadi Ajudan Putri Candrawathi, Ahli: Penampilan Mewah Sikap Berkuasa