Pasar kripto global saat mengalami guncangan hebat setelah salah satu bursa kripto terbesar di dunia, FTX, mengalami kebangkrutan, hal tersebut berdampak atas hilangnya ratusan triliun dana investor.
Keadaan ini juga memengaruhi pasar kripto di Indonesia, pemerintah telah mengumumkan melalui Bappebti untuk menghentikan perdagangan aset kripto token FTX untuk menghindari kerugian besar bagi investor Indonesia.
Hal menarik dalam temuan Center of Economics and Law Studies (Celios), tak kurang dari 75% investor ritel Indonesia tidak tahu persis apa itu aset kripto, namun di sisi lain, pertumbuhan investor Cryptocurrency terus bertumbuh.
“Dari hasil studi Celios, masih ada 75% investor ritel yang tidak begitu mengetahui tentang aset kripto,” kata Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira saat dihubungi suara.com pada Kamis (17/11/2022).
Baca Juga:'BUMN' Singapura Rugi Rp4,3 Triliun Akibat Bursa Kripto FTX Bangkrut
![aset kripto token FTX [dok.suara.com]](https://media.suara.com/suara-partners/serang/thumbs/1200x675/2022/11/17/1-ftx.jpg)
Saat ini, menurut Bhima, lonjakan investor kripto domestik sedang berkembang pesat, bahkan melebihi jumlah investor saham.
Kemudahan teknologi yang ditawarkan dalam setiap transaksi aset kripto menjadi salah satu alasannya.
"Peningkatannya begitu pesat, pertama karena adaptasi teknologi, dan juga profil investor yang semakin mudah. Profil investor yang makin mudah ini, semakin cepat beradaptasi dengan platform digital untuk berinvestasi dalam aset kripto," jelasnya.
Namun demikian, Bhima mengatakan, dari hasil kajian lanjutan yang dilakukan Celios, diklaim sekitar 69% investor mengakui bahwa transaksi investasi ini mengandung risiko yang cukup tinggi.
“Kemudian sebanyak 69 (persen) mengungkapkan bahwa aset kripto ini memiliki tingkat resiko yang tinggi. Jadi mereka menyadari tingkat resiko yang tinggi, tetapi pemahaman mereka terhadap aset kripto ini rendah,” ungkapnya.
Baca Juga:Netizen Tersantet Gaya Nita Gunawan, Pakai Blus Belahan Terbuka Bikin Nyaman